LP MA'ARIF NU PATI
*Assalamualaikum... Selamat Datang di official website Lembaga Pendidikan Ma'arif Nahdlatul Ulama PCNU Kabupaten Pati. *
LP MA'ARIF NU PATI

Harlah Ma’arif ke-96 sebagai Momentum Transformasi: Strategi SMK JAPA Mewujudkan Sekolah Humanis dan Berkeadilan

Foto Dokumentasi SMK Japa Dukuhseti (Agus Mahfud, Kepala SMK Japa Dukuhseti)

PENDIDIKAN di Indonesia tengah menghadapi tantangan kapitalisasi. Sekolah dan lembaga pendidikan kian dipandang sebagai komoditas, lebih tunduk pada logika pasar ketimbang mengedepankan keadilan sosial dan nilai kemanusiaan. Fenomena ini membuat akses pendidikan kerap ditentukan oleh kemampuan ekonomi, bukan oleh hak setiap anak untuk belajar.

Padahal, jauh sebelum Indonesia merdeka, Ki Hajar Dewantara telah menegaskan pentingnya pendidikan merdeka. Pendidikan yang memerdekakan pikiran, jiwa, dan perasaan; yang menumbuhkan budi pekerti, kreativitas, serta menghargai budaya lokal. Konsep ini pula yang seharusnya menjadi arah kebijakan pendidikan nasional hingga hari ini.

Gagasan Pendidikan Merdeka
Ki Hajar Dewantara menekankan bahwa pendidikan adalah sarana pembebasan, bukan alat melanggengkan kesenjangan sosial. Melalui sistem Among—“ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karso, tut wuri handayani”—pendidikan ditujukan untuk menuntun, bukan menekan. Ia juga mengusung konsep Trisentra (keluarga, sekolah, masyarakat) serta Paguron (lembaga pendidikan berbasis budaya), yang semuanya berakar pada nilai humanisme.

Namun, dalam praktik kontemporer, pendidikan sering kali terseret pada logika kapitalisasi: biaya sekolah tinggi, fasilitas yang timpang, hingga kurikulum yang lebih diarahkan untuk memenuhi pasar kerja semata. Akibatnya, fungsi pendidikan sebagai ruang pembentukan manusia seutuhnya tereduksi.

Harlah Ma’arif sebagai Momentum Strategis
Di tengah situasi ini, Harlah Ma’arif (hari lahir Lembaga Pendidikan Ma’arif NU) dapat menjadi momentum penting untuk merevitalisasi kembali gagasan pendidikan merdeka. Bagi SMK JAPA Dukuhseti, perayaan Harlah bukan sekadar seremoni, melainkan kesempatan untuk: Pertama, Mengajak guru, siswa, dan masyarakat melakukan refleksi kolektif tentang arah pendidikan. Kedua, Menegaskan kembali bahwa pendidikan bukan barang dagangan. Ketiga, Menguatkan kebijakan sekolah agar lebih adil, transparan, dan berpihak pada anak-anak kurang mampu. Keempat, Menjalin kemitraan dengan orang tua, komunitas NU, pemerintah, hingga donatur lokal untuk mendukung keberlanjutan sekolah.

Rekomendasi Praktis untuk SMK JAPA Dukuhseti
Ada sejumlah langkah yang bisa diambil SMK JAPA agar nilai pendidikan merdeka yang berkeadilan dan humanis benar-benar hadir di ruang kelas maupun kebijakan sekolah:

Biaya dan Akses
Langkah-langkah untuk memastikan pendidikan dapat diakses oleh semua lapisan masyarakat:
  1. Menyediakan beasiswa bagi siswa dari keluarga kurang mampu.
  2. Memberikan subsidi biaya praktik dan alat kejuruan agar tidak menjadi hambatan belajar.
  3. Mengurangi pungutan tambahan yang memberatkan keluarga, dengan transparansi dan empati.

Kurikulum dan Pembelajaran
Mendorong pembelajaran yang membebaskan dan relevan dengan konteks lokal:
  1. Menekankan kebebasan berpikir, kreativitas, dan penghargaan terhadap budaya lokal. 
  2. Mengintegrasikan metode Among dalam pembelajaran sehari-hari sebagai pendekatan yang memanusiakan.

Kebijakan Sekolah
Menegaskan komitmen terhadap nilai-nilai pendidikan yang non-komersial dan transparan:
  1. Mengeluarkan pernyataan resmi menolak komersialisasi pendidikan.
  2. Menerapkan transparansi biaya dan evaluasi rutin terhadap kebijakan sekolah.

Guru dan Tenaga Kependidikan
Meningkatkan kapasitas pendidik sebagai pembimbing yang inklusif dan empatik:
  1. Memberikan pelatihan tentang pendidikan inklusif dan keadilan sosial.
  2. Mendorong pengembangan kompetensi non-akademik seperti empati, kepedulian, dan komunikasi humanis.
Keterlibatan Komunitas
  1. Menguatkan sinergi antara sekolah, keluarga, dan masyarakat:
  2. Membangun kolaborasi aktif dengan orang tua, komunitas lokal, dan jaringan NU.
  3. Menjadikan Harlah sebagai forum publik untuk mempertegas komitmen sosial sekolah.
Evaluasi dan Refleksi
Menjadikan evaluasi sebagai budaya pembelajaran dan perbaikan berkelanjutan:
  1. Menyusun laporan tahunan yang menilai aspek keadilan dan inklusivitas pendidikan.
  2. Menjadikan peringatan Harlah sebagai momen refleksi kolektif, bukan sekadar seremoni.

Tantangan dan Harapan
Memang, jalan menuju pendidikan yang merdeka tidak mudah. Sekolah masih terbentur keterbatasan dana, standar mutu yang identik dengan fasilitas mahal, serta pandangan masyarakat bahwa sekolah berbiaya tinggi pasti berkualitas. Namun, gagasan Ki Hajar Dewantara menunjukkan bahwa keadilan sosial dan humanisme bukan hanya cita-cita, melainkan fondasi utama bagi pembangunan bangsa.

Penutup
Melalui momentum Harlah Ma’arif, SMK JAPA Dukuhseti berpeluang menjadi teladan dalam menolak kapitalisasi pendidikan. Dengan kebijakan yang adil, kurikulum yang humanis, serta dukungan komunitas, sekolah dapat membuktikan bahwa pendidikan bukanlah komoditas, melainkan hak dan sarana pembebasan manusia. (*)


Penulis: Agus Mahfud, S.Pd., M.Pd (Kepala Sekolah SMK JAPA Dukuhseti)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak